Fenomena Letusan Gunung Ruang yang Memicu Terjadinya Tsunami

73 views 11:02 am 0 Comments April 25, 2024
Letusan Gunung Ruang Picu Tsunami

Letusan Gunung Ruang yang terjadi di Indonesia pada 16 April, telah mengirimkan abu dan lava yang menyala sejauh ribuan kaki ke langit dan menyebabkan ratusan penduduk provinsi Sulawesi Utara mengungsi.

Dengan adanya bencana alam yang demikian, ratusan orang dipaksa untuk meninggalkan rumah juga wilayah tersebut dan bahkan beberapa pihak berwenang telah mengeluarkan peringatan tsunami.

7 Hal Fenomenal dari Letusan Gunung Ruang

Karena letaknya di Cincin Api Pasifik, Indonesia seringkali mengalami aktivitas seismik dan vulkanik. Dan apa yang terjadi di Sulawesi Utara, di mana tentu tidak terbayangkan sebelumnya malah memunculkan fakta :

1. Merupakan Gunung Berapi Strato

Disebut demikian sebab aliran piroklastik, tephra, dan aliran lava kental yang meletus membentuk gunung berapi yang curam dan berbentuk kerucut.

Gunung berapi strato biasanya membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan ribu tahun untuk terbentuk, dapat meletuskan berbagai jenis magma, seperti riolit, dasit, dan andesit.

Letusan Gunung Ruang yang signifikan baru terjadi pada tahun 2002, di mana menghasilkan kolom abu dan lava sepanjang 17 mil.

Meski letusan kali ini tidak separah letusan terakhir, masih terlalu dini untuk mengevaluasi gunung berapi tersebut secara menyeluruh.

2. Tercatat Lebih dari 300 Gempa Tektonik

Gempa bumi tektonik yang diperkirakan disebabkan oleh subduksi Sulawesi Utara dan subduksi ganda di Laut Molucca, menjadi penyebab utama kegempaan vulkanik Gunung Ruang.

Namun pasca terjadinya gempa tektonik pada tanggal 9 dan 14 April 2024, terjadilah peningkatan pembentukan gempa vulkanik dalam selama aktivitas vulkanik antara tanggal 1 April hingga 16 April 2024.

Adapun gempa tektonik 9 April 2024 berkekuatan 6,4 SR dengan kedalaman 27 km, dan terletak 94 km barat laut Pulau Doi, Maluku Utara.

Pada saat yang sama, 122 kilometer barat daya Pulau Doi, terjadi gempa tektonik pada 14 April berkekuatan 5,1 magnitudo dan kedalaman 10 kilometer. Dalam skala MMI, kedua gempa tersebut terasa.

3. Melampaui Rekor Letusan Gunung Merapi dan Gunung Kelud

Banyak kriteria yang digunakan untuk menghitung besaran letusan Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro ini.

Letusan terkini tergolong dalam kategori letusan Volcanic Explosivity Index (VEI) grade 4, yaitu memiliki dapur magma dalam dengan kandungan silikon dioksida (SiO2) yang tinggi.

Ada juga kemungkinan lebih besar munculnya kantong magma tambahan di kedalaman dangkal di dasar Gunung Ruang karena komposisi batuannya yang berbeda.

Kemudian peningkatan erupsi yang lebih cepat ke Level IV atau peringatan dari siaga hingga awas, disebabkan oleh sindrom ini sehingga bisa dibilang ini lebih dahsyat dari Merapi maupun Kelud.

4. Adanya Kemungkinan Terjadi Tsunami

Badan Geologi membeberkan sejarah tsunami akibat letusan Gunung Ruang yang mencapai ketinggian maksimal 25 meter.

Ledakan gunung berapi semacam ini berpotensi menimbulkan tsunami dengan potensi dampak yang signifikan. Fenomena keruntuhan sisi gunung, atau runtuhnya sebagian atau seluruh tubuh gunung ke dalam laut menjadi penyebabnya.

5. Terjadi Kerusakan Pada Atap Rumah Penduduk

Banyak atap rumah penduduk yang rusak akibat hujan kerikil juga pasir yang turun akibat letusan Gunung Ruang. Dilaporkan bahwa kejadian tersebut membuat khawatir penduduk setempat.

Secara khusus, para ahli geologi khawatir bahwa seperti yang terjadi pada letusannya di tahun 1871, Gunung Ruang mungkin akan runtuh sebagian ke laut dan menyebabkan tsunami.

Ketakutan tersebut diperburuk dengan curamnya Gunung Ruang dan letusannya yang sangat dahsyat, seperti yang terjadi pada anak gunung berapi Krakatau yang merenggut korban jiwa di pulau Sumatera dan Jawa.

Meskipun petir vulkanik di pulau tersebut sebagian besar telah berkurang seiring dengan melambatnya letusan, para ilmuwan masih bingung dan terpesona dengan fenomena yang tidak biasa ini.

6. Sebelum Abad Ke-21

Gunung berapi ini diketahui meletus setidaknya 16 kali, yang pertama terjadi pada tahun 1808. Dan letusan besarnya terlihat oleh tokoh bernama Dr. Adolf Meyer pada tahun 1871.

Wilayah Gunung Ruang sepi pada saat itu, namun masyarakat yang tinggal di sekitar Tagulandang telah mendirikan beberapa perkebunan di lereng bukitnya.

Namun dengan cepat hancur akibat letusan Gunung Ruang dan tsunami yang terjadi, kemudian menghancurkan pemukiman setempat yang cukup besar di Tagulandang.

Setelah sebagian besar penduduk desa tenggelam, jenazahnya ditemukan di tepi pantai kurang lebih sebanyak 300 dan 400 orang.

7. Isu Penyebaran Gas S02

Akibat erupsi Gunung Ruang, banyak berita miring tentang gas sulfur tersebar. Namun BMKG setempat belum dilengkapi instrumen untuk mengidentifikasi paparan SO2 atau abu vulkanik.

Selanjutnya BMKG mengklarifikasi anomali meteorologi yang teramati termasuk hujan lebat di beberapa wilayah, bukan disebabkan oleh letusan Gunung Ruang.

Bahkan penggunaan masker saat berada di luar rumah pernah digalakkan oleh BPBD Kabupaten Paser sebagai upaya agar abu vulkanik tidak terhirup sampai menyebabkan gangguan pernapasan.

Sebelumnya wilayah Tagulandang tampak tenang dan menjadi objek wisata alam. Namun kemudian menjadi berubah semenjak peringatan letusan Gunung Ruang yang begitu cepat, termasuk beberapa risiko juga fenomena yang mengikutinya.